Minggu, 27 Desember 2020

Penerapan dan Implikasi Teori Kritis dalam Bidang Pendidikan

Halo readers! Apa kabar? Kabar baik dong pastinya. Nah, kali ini, aku mau mengulas  mengenai penerapan dan implikasi Teori Kritis dalam bidang pendidikan. Setelah kita mempelajari Para tokoh yang bersumbangsih terhadap teori kritis, pasti readers bertanya-tanya nih, sebenarnya apa sih sumbangsih teori kritis dalam kehidupan kita sehari-hari terutama dalam bidang pendidikan? Konsep apa yang ada dalam teori kritis dalam mendukung pendidikan? Dan, urgensi apa saja yang terlibat? Seberapa pentingnyakah? Pada penasaran kan? Untuk menjawab rasa penasaran readers semua, yuk mari simak ulasan berikut ini!

Pendidikan : Pendidikan di Indonesia

Seperti yang kita tahu, bahwasanya pendidikan itu merupakan sebuah aspek yang begitu penting di saat ini. Di mana, melalui pendidikan setiap orang bisa menemukan potensi dirinya, yang mana potensi ini bisa berguna di masa mendatang. Di bidang pekerjaan, sosial, dan banyak hal. Selain itu, dengan adanya pendidikan, baik karakter maupun mental seseorang bisa terasah dengan baik. Melalui pendidikan, setiap orang juga bisa mendapatkan berbagai pengalaman dan relasi dengan banyak orang dalam wadah yang bernama sekolah, instansi, universitas, dan semacamnya. 

Jikalau kita melihat pendidikan di Indonesia, kenyataan miris sudah tak asing kita temui. Pendidikan di Indonesia ini masih berfokus pada karakter pendidikan yang ideologis, kapitalis, dan positivistik. Di mana relasi pemerintah, pengajar atau pelaku pendidikan, dan murid atau peserta didik seakan memiliki jarak, terpisah-pisah berdasarkan fungsi dan tujuan yang monoton dan statis. Hal ini bisa dilihat bahwasanya mengapa pendidikan di Indonesia tidak mengalami kemajuan seperti pendidikan di Finlandia contohnya? Yaps, karena pendidikan di Indonesia fokus keberhasilannya cenderung hanya diukur berdasarkan potensi akademik saja. Semua materi diberikan sama rata kepada siswa dan semua siswa dituntut untuk bisa menguasai semua materi yang diberikan tersebut. Senang atau tidak senang, itu sudah menjadi hak dan kewajiban yang harus diterima oleh siswa. Padahal, kita juga tahu bahwasanya potensi setiap orang itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Terkadang ada yang unggul di satu bidang, namun lemah di bidang yang lain. Harusnya pendidikan itu fokusnya untuk menggali potensi yang unggul tersebut. Namun, berbeda dengan pendidikan di Indonesia. Hal yang demikian dianggap gagal, dan tidak memiliki kompetensi. Sehingga, keunggulan tadi seringkali lama-kelamaan mati. Karena terus terforsir untuk menguasai materi yang lainnya yang tidak disukai. 

Kejadian seperti inilah yang dikritisi oleh Jurgen Habermas melalui sudut pandang teori kritis. Menurut Habermas, Demokrasi-Deliberatif merupakan solusi yang tepat untuk diterapkan sebagai landasan pendidikan di Indonesia. Di mana penekanan daripada konsep Demokrasi-Deliberatif bagi pendidikan di Indonesia ini bisa diwujudnyatakan melalui sudut pandang teori Tindakan Komunikatif. Lantas, tindakan komunikatif yang seperti apa yang dimaksud? 

Jadi, tindakan komunikatif ini berupa :

1. Adanya ruang publik pendidikan. Ruang publik ini wujud nyatanya adalah menjadikan sebuah kelas, di mana pengajar bisa menjadikan kelas sebagai wadah penyalur ideologi yang positif sesuai dengan karakter bangsa. Namun, di sini peserta didik juga diberi kesempatan untuk berpartisipasi, menyalurkan pendapatnya, atau diberi kesempatan untuk mengkritisi yang disampaikan dengan kondusif. Sehingga, akan tercipta suatu relasi yang komunikatif dan tidak monoton atau terkekang rasionalitasnya.

2. Adanya pendidikan yang emansipatoris, di mana semua orang bisa mengenyam pendidikan. Menghapuskan segala sistem pendidikan yang kapitalis, di mana tidak hanya kaum elit dan kaum yang mampu saja yang bisa merasakan pendidikan, namun semua orang sudah seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak. Ditetapkannya kebijakan pemerintah yang berfokus pada “manusia”. Pendidikan karakter, mental, fokus terhadap minat dan bakat bukan hanya unsur akademis saja yang patut untuk diperhitungkan. Namun segala aspek yang ada harus dihargai dan dikembangkan untuk membangun wajah dan manfaat yang baik bagi pendidikan dan setiap aspek pendidikan.

3. Menciptakan iklim pedagogis pendidikan yang baik. Yakni diwujudnyatakan dalam bagaimana seorang pengajar itu bisa menguasai teknik dalam mengajar, yang mana fokus nya adalah bukan hanya menggiring peserta didik untuk dapat berprestasi dalam hal akademik. Namun peran pengajar harus bisa menggiring peserta didik untuk dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Di samping itu, aspek religiusitas dan mental karakter juga harus diasah agar tidak terjadi penyimpangan moral. 

Itulah peran teori kritis yang bisa digunakan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Bagaimana? Keren bukan? Sebagai kaum terpelajar yang bisa menikmati pendidikan, tentunya harus bersyukur nih kita. Tapi tetap ingat satu hal yang bisa dipelajari dari materi yang diulas hari ini, di mana kita sudah seharusnya bisa memaksimalkan apa yang menjadi potensi diri kita. Karena, pendidikan itu tidak hanya berbicara mengenai akademis saja, tapi juga menyangkut mengenai banyak hal. Semoga kita semua bisa melatih potensi diri kita dengan maksimal dan mengasah mental dan karakter kita untuk menjadi lebih baik lagi melalui wadah pendidikan yang kita lalui. Thank u readers, karena sudah mau membaca postingan ini, semoga bisa bermanfaat bagi readers semua! God bless u!


Salam hangat,

Penulis 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penerapan dan Implikasi Teori Kritis dalam Bidang Pendidikan

Halo readers! Apa kabar? Kabar baik dong pastinya. Nah, kali ini, aku mau mengulas  mengenai penerapan dan implikasi Teori Kritis dalam bida...