Halo readers! Apa kabarnya? Di blog kali ini, aku mau mengulas mengenai Teori Kritis Generasi Kedua. Teori Kritis Generasi Kedua ini dipelopori oleh pemikiran seorang tokoh bernama Jurgen Habermas. Siapa itu Jurgen Habermas? Dan apa saja sumbangan pemikirannya terhadap teori kritis generasi Kedua? Untuk lebih jelasnya, yuk mari simak penjelasan berikut ini!
Jurgen Habermas merupakan seorang tokoh filsafat aliran Kontinental abad ke-20. Ia lahir di Dusseldorf, Jerman pada 18 Juni 1929. Ia memiliki minat di bidang Teori Sosial, epistemologis, Teori Politik, dan pragmatis. Melalui minatnya ini, ia melahirkan beberapa gagasan penting, yakni mengenai rasionalitas, komunikatif, wacana etika, Demokrasi Deliberatif, Pragmatis Universal, Tindakan komunikatif dan Ruang Publik. Pemikiran Habermas dipengaruhi oleh pemikiran penghegemoni teori Kritis dan Teori Kritis Generasi pertama. Melalui pemikirannya pula ia mempengaruhi Fraser, Forst, Benhabib, Mockus, dan lainnya.
1. Lahirnya Paradigma Baru : rasionalitas, strategi komunikatif.
Peran Jurgen Habermas membawa sebuah kebangkitan paradigma baru mengenai Teori Kritis. Di mana, pada generasi pertama Teori Kritis di bawah naungan Mazhab Frankfurt mengalami kemacetan berakhir dengan kepesimisan. Pada dasarnya, fokus utama dari Teori Kritis menurut Habermas adalah sama dengan Teori Kritis Generasi pertama. Di mana di dalamnya mencakup kritik atas keterkungkungan ideologis dan irasional yang menghambat cara berpikir manusia modern. Namun, pada pemikiran Habermas. Ia menambahkan sebuah fokus penting yakni menyangkut mengenai Konsep Komunikasi. Karena menurutnya, komunikasi adalah suatu cara demi mengatasi kemacetan pada teori Kritis Generasi pertama. Tujuan daripada teori ini adalah menciptakan suatu iklim masyarakat yang komunikatif, yakni masyarakat yang melakukan kritik bukan dengan cara kekerasan maupun revolusi, tapi kritik dengan menggunakan argumentasi.
2. Demokrasi Deliberatif : demokrasi dan kekuasaan
Pengertian Teori demokrasi Deliberatif menurut Habermas, mengandung arti bahwa terdapat sebuah makna mengenai dikursus praktis, formasi opini dan aspirasi politik, serta kedaulatan rakyat sebagai sebuah prosedur. Fokus dari teori ini bukanlah pada aturan yang mengikat warga, melainkan sebuah prosedur demi terciptanya aturan tersebut. Dalam pengambilan sebuah keputusan, jikalau ditinjau melalui teori demokrasi Deliberatif, kedaulatan rakyat lah yang memegang kontrol kekuasaan. Implementasi dari teori ini adalah adanya opini publik, dan aspirasi yang berperan penting mengendalikan kebijakan.
3. Ruang Publik
Ruang Publik menurut Habermas merupakan sebuah tempat di mana masyarakat memiliki kebebasan dalam menyuarakan aspirasi mereka dan terlepas dari otonomi pemerintah. Adanya ruang publik juga turut menjiwai sebuah demokrasi. Habermas membagi ruang publik menjadi beberapa elemen mencakup :
a. Pluralitas (kelompok informal, keluarga, dan komunitas/organisasi sukarela)
b. Publisitas (media massa dan institusi)
c. Keprivatan (moral dan individu)
d. Legalitas (struktur hukum dan hak mendasar)
Ruang publik bersifat bebas dan tidak terbatas. Karena, ruang publik tidak terikat kepentingan politik dan juga pasar.
4. Etika Diskursus
Etika Diskursus menurut Habermas merupakan sebuah etika normatif yang menjelaskan mengenai adanya universalitas kepentingan dalam kehidupan Pluralitas masyarakat. Syarat dari etika ini adalah kebebasan semua anggotanya dalam mengemukakan pendapatnya, dan adanya kesetaraan partisipan dalam sebuah forum. Implementasi dari etika Diskursus ini adalah menciptakan iklim berkeadilan bagi semua aspek kehidupan. Mencakup suku, agama, ras, negara, dan lain sebagainya.
Itu tadi merupakan paparan mengenai Teori Kritis generasi kedua. Gimana? Sudah makin paham bukan mengenai konsep Teori Kritis Generasi kedua? Syukurlah kalau sudah paham. Next. Aku bakal bahas mengenai Penerapan dan Implikasi Teori Kritis dalam Bidang Pendidikan. Penasaran bukan? So, stay tune yak! And, thank u for reading.
Salam hangat,
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar