Halo readers! Nah setelah di postingan sebelumnya aku membahas mengenai Penghegemoni Teori Kritis, di postingan kali ini, aku mau bahas mengenai teori kritis generasi pertama. Siapa saja tokoh-tokohnya? Dan bagaimana sumbangsih mereka terhadap teori kritis? Apa tujuannya? Untuk lebih jelasnya, yuk mari simak penjelasan berikut ini!
Penganut Teori Kritis generasi pertama terdiri dari tokoh-tokoh yang bernama Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse. Di sini aku bakal menjelaskan satu persatu sudut pandang mereka mengenai teori kritis. Jadi, untuk menjawab rasa ingin tahu readers semua simaklah ulasan berikut ini ya! Happy reading!
1. Max Horkheimer
Horkheimer merupakan seorang filsuf Jerman keturunan Yahudi. Ia merupakan salah satu tokoh generasi pertama dari Mazhab Frankfurt. Di tahun 1930-1958 ia memimpin Institute Fur Sozialforchung di Jerman. Pemikirannya dalam teori kritis dipengaruhi oleh Kant, Hegel, Marx, Nietzsche, Adorno, dan Cornelius. Pemikirannya dalam teori kritis ini juga turut mempengaruhi Adorno, Marcuse, Jurgen Habermas, Walter Benjamin, dan Fromn. Bagi Horkheimer, yang menjadi dasar dari teori kritis adalah mengulik mengenai kritik terhadap positivisme atau saintisme dalam ilmu sosial. Adapun objek nya adalah pengetahuan tradisional yang mereduksi manusia dalam dimensi instrumentalis. Bersama dengan Adorno, Horkheimer menerbitkan sebuah buku berjudul “Dialektik der Aufklarung” sebagai kritik atas ilmu pengetahuan warisan modernisme yang dipandang sebagai sebuah bentuk dominasi atau penguasaan rasionalitas subyek. Baginya, teori kritis haruslah tajam dalam menganalisis permasalahan sosial, bukan dominasi kesadaran dengan rasio. Horkheimer memberi perhatian yang mendalam mengenai kemanusiaan yang konkret, suatu bentuk teoritis yang reflektif dan humanis. Artinya apa? Artinya bahwasanya tujuan dari teori kritis menurutnya adalah untuk mengubah orientasi masyarakat di dalam kemajuan zaman dengan segala keuntungan praktis nya yang tidak semua orang bisa menikmatinya. Justru dampak dari adanya kemajuan zaman ini lah yang menyebabkan manusia kehilangan esensi nya sebagai makhluk yang mulia. Kritik Horkheimer menganggap bahwa rasionalitas modern ini telah gagal membawa manusia ke arah rasionalitas yang sejati. Di sinilah peran utama daripada teori kritis yakni mendorong adanya emansipasi berupa kesadaran atas diri manusia itu sendiri maupun bagi masyarakat di sekelilingnya.
Sebuah teori psikoanalisis milik Kant, Hegel, Marx, dan Freud juga turut bersumbangsih terhadap pemikiran kritik nya. Baginya modal merupakan suatu hal yang bisa mempengaruhi rasionalitas manusia. Adapun peran psikoanalisis tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dengan psikoanalisis, teori kritis dapat berperan mengkaji ekonomi bagi pembentukan rasionalitas manusia yang kemudian diubah menjadi suatu bentuk kesadaran semu akan realitas objektif di kehidupan modern.
b. Psikoanalisis berperan penting sebagai energi terhadap proses sosial manusia modern.
c. Peran psikoanalisis dalam metodologis teori kritis dapat menyatukan atau mengintegrasikan pemikiran Freud dan Marx.
2. Theodor Adorno
Adorno merupakan seorang sosiolog dan filsuf asal Jerman yang meminati musik sebagai metode untuk menganalisis sosial-kritis. Pada tahun 1958, Adorno memimpin Frankfurt School menggantikan Horkheimer. Dalam karyanya bersama Horkheimer yang berjudul Dialektik der Aufklarung (1944), menyatakan bahwa kehidupan modern berperan dalam self-destruction (penghancuran diri). Karena, rasional bertransformasi menjadi irasional. Sebuah modal mendominasi alam, dan juga manusia sebagai pelaku atas modal tersebut. Hal ini bisa menimbulkan suatu bentuk fasisme dan rezim lainnya. Untuk itu diperlukan pembebasan manusia bukan dari segi rasionalitas, namun dari segi voluntarisme untuk mendorong emansipasi manusia.
Terdapat tiga pokok penting teori kritik menurut Adorno, tiga pokok tersebut meliputi :
a. Kritik Saintisme, yakni kritik Adorno terhadap positivisme logis dalam sosiologi Jerman.
b. Kritik reifikasi, yakni kritik Adorno terhadap homogenisasi nilai komersial sebuah “seni”. Kritik ini bersumber pada teori Fetisisme Komoditas Marx dan Teori Nilai , yang menyangkut mengenai nilai guna dan nilai tukar. Kebudayaan modern dan budaya populer membuat masyarakat seakan pasif. Menempatkan dan menilai kebudayaan dengan sisi objektif bukan lagi subjektif. Sedangkan objektivitas ini yang menimbulkan keseragaman pandangan. Hal inilah yang dikritik Adorno. Seperti halnya karya seni, kebudayaan sudah selayaknya dinilai dengan subyektif, dengan demikian kemurnian dan subyektivitas daripada nilai budaya bisa terjaga.
c. Teori Fetisisme Komoditas, yakni menyangkut mengenai keberhasilan kapitalisme dalam kepiawaian sistem ekonomi dalam mengatasi krisis dan menciptakan stabilitas pendorong kapitalisme. Melalui teori ini pula, Mazhab Frankfurt memandang industri kebudayaan menciptakan pemenuhan kebutuhan palsu dan menindas kebutuhan sejati.
3. Herbert Marcuse
Marcuse mengemukakan teori kritik manusia satu dimensi. Dalam teori ini, dibahas mengenai masyarakat teknologi. Realitas masyarakat teknologi merupakan masyarakat yang peran manusianya tidak menonjol, sisi manusianya teralienasi, tujuan dari masyarakat tersebut ditentukan oleh teknologi, dan dampak dari teknologi ini bukanlah sarana pembebas bagi manusia, namun sarana penindasan. Adapun ciri utama daripada masyarakat teknologi adalah masyarakat berada di bawah kekuasaan prinsip teknologi, masyarakat menjadi irasional, dan berdimensi satu. Masyarakat berdimensi satu ini maksudnya adalah masyarakat yang di dalamnya identik dengan adanya pengabaian sejarah, adanya kebutuhan palsu, melekatnya imperium citra, dan administrasi total, serta bahasanya yang fungsional. Masyarakat satu dimensi ini bisa ditelaah melalui beberapa segi yang meliputi :
a. Satu Dimensi dilihat dari Segi Sosial Ekonomi
b. Satu Dimensi dilihat dari Segi Sosial Politik
c. Satu Dimensi dilihat dari Segi Sosial Budaya
Dalam menghadapi keadaan seperti ini, Herbert Marcuse menemukan sebuah upaya yang disebutnya sebagai “The Great Refusal” di mana peran penting kaum muda , mahasiswa, dan cendekiawan yang kritis sangat diperlukan dalam menentang segala bentuk establistment, menolak terlibat dalam sistem totaliter yang bisa berdampak merugikan bagi banyak sisi.
Halo readers! Jadi di atas merupakan ulasan mengenai tokoh-tokoh teori kritis generasi pertama. So, sudah pada tau dong apa saja pemikiran hebat mereka dan sumbangsihnya dalam teori kritis. Syukurlah kalau makin paham. Next, aku bakal bahas mengenai Teori Kritis generasi kedua. So, stay tune! Thank u for reading!
Salam hangat,
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar