Halo readers! Sudah lama tidak bersua yaa! Mengingat kondisi sekarang yang masih kurang kondusif akibat pandemi COVID-19, semua aktivitas dianjurkan untuk dikerjakan di rumah saja. Mulai dari bekerja, hingga kegiatan pembelajaran dilakukan via daring. Dan tidak terasa sudah hampir 9 bulan semenjak akhir Februari 2020 kita sebagai seorang pelajar dan mahasiswa melakukan pembelajaran secara daring. Gimana? Bosan gak? Atau malah senang nih karena bisa disambi-sambi? Wkwkwk. Kalau bagiku pribadi sebagai seorang mahasiswa, mau seenak dan senyaman apa pun pembelajaran daring tetap lebih asyik pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Memang sih sekilas di awal-awal perkuliahan daring berasa bebas dari beban perjalanan ke tempat kuliah karena jarak rumah dengan kampus memang cukup jauh. Dan lumayan memakan waktu sekitar 30-45 menit perjalanan menggunakan motor. Tapi lama-kelamaan berasa jenuh juga, karena gabisa berinteraksi dengan teman-teman secara langsung. Mata juga jadi mudah lelah karena terus-menerus menatap layar Hp dan laptop untuk mengerjakan tugas dan sebagainya, belum lagi seringkali ada kendala sinyal yang menghambat penyampaian materi perkuliahan. Dari situlah aku mulai berpikir. Ternyata pembelajaran daring tidaklah seenak yang dibayangkan yaa. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga kesehatan adalah yang utama. Physical distancing memanglah perlu, tapi jangan sampai kita sebagai makhluk sosial terputus dalam bersosialisasi ya! Aku berharap readers baik-baik saja di mana pun berada, dan tetap patuhi protokol kesehatan. Semoga Pandemi ini lekas berakhir, sehingga kita bisa bertemu secara tatap muka dan bisa beraktivitas dengan normal lagi. Amin seribu amin.
Dah cukup lah sesi curhatnya, hehe monmaap. Abis se-rindu itu sih dengan kuliah tatap muka ðŸ˜ðŸ˜
Ibarat tak kenal maka tak sayang, sebelum lanjut ke topic utama yang mau aku ulas di blog ku kali ini, aku mau perkenalan diri dulu nih. Namaku Brisa Argantasia, biasa dipanggil “Brisa” atau “Brisi”. Aku bersyukur, tahun ini aku masih diperkenankan untuk menempuh semester ke-3 di Program Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Aku kelahiran tahun 2000. Usiaku menginjak 20 tahun di Bulan September kemarin. Aku mempunyai hobi membaca, apalagi membaca novel. Terkadang aku juga suka menulis. Menulis segala hal yang berada di pikiranku, seperti puisi, cerita sehari-hari, hingga pandanganku pribadi dalam menanggapi dan mengkritisi suatu hal. Kebanyakan tulisanku tak berdasar, dan hanya sekadar sarana penyalur hobi saja. Selama tak merugikan dan tak bertentangan dengan hal lain, kurasa tak apa. Baiklah, sekian perkenalan singkat dariku ya. Selamat ber-enjoy ria membaca tulisanku!🤗😇
Back to the main topic!!!
Jadi kali ini aku ingin mengulas sedikit mengenai salah satu mata kuliah yang kudapatkan di semester 3 ini. Mata kuliah tersebut bernama Teori Sosiologi Kritis. Dalam mata kuliah ini, secara garis besar kita sebagai mahasiswa dituntut untuk mengerti mengenai pemahaman tentang kelahiran teori kritis, perkembangan teori kritis dari awal hingga kini dalam sudut pandang sosiologi, tokoh penggagasnya dan berbagai kritikan dari pelbagai tokoh yang mengkritik teori tersebut. Perlu diketahui secara umum, bahwasanya teori kritis adalah sebuah aliran pemikiran yang menekankan penilaian reflektif dan kritik dari masyarakat dan budaya dengan menerapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Wikipedia, 2017). Namun di blog aku kali ini, aku akan mengulas mengenai sub-bab atau pokok bahasan materi yang dibahas hingga Ujian Tengah Semester saja. So, materi apa sajakah itu? Check it out!
Pada dasarnya, ada 4 pokok materi yang dibahas hingga Ujian Tengah Semester. Materi tersebut meliputi :
1. Kedudukan Teori Kritis dalam sudut pandang sosiologi.
Materi ini mencakup kritik atas pandangan positivisme, pelbagai konsep yang mempengaruhinya, apa yang menjadi ciri-ciri dari Teori Kritis, dan Ruang Lingkupnya.
2. Kritik atas Teori Sosiologi Modern (Marxisme).
Materi ini mencakup pandangan marxisme mengenai dominasi, kritik atas dikursus ideologi, hubungan dialektis antara kondisi empirik dengan kesadaran manusia, dan ranah kajian teori kritis.
3. Kritik Terhadap Filsafat Pencerahan dan Ilmu Pengetahuan Modern (Kritik Postmodernisme).
Materi ini mencakup pandangan mengenai pemahaman mengenai kehidupan modern, pandangan tokoh penggagas, pengertian dan konseptualisasi Postmodernisme, dimensi Postmodernisme, Tahap-tahap Postmodernisme, Kritik dan Persoalan Postmodernisme dan Ideologi Ilmu modern.
4. Teori Kritis Mazhab Frankurt.
Materi ini mencakup latar belakang lahirnya teori kritis Mazhab Frankurt, para tokoh penggagasnya, Epistemologi Mazhab Frankurt, Kaitannya dengan Marxisme, Tujuan dan Sasaran Kritik Teori Mazhab Frankurt, Kritik atas metodologi dan rasionalitas modern, tema utama Mazhab Frankurt (pencerahan adalah mitos baru).
Itu tadi adalah gambaran awal mengenai ulasan materi yang akan dibahas hingga Ujian Tengah Semester. Gimana nih readers, jadi makin tertarik kan dengan topik yang berkaitan dengan mata kuliah teori kritis kali ini? Mau tau ulasan lengkapnya mengenai materi tadi? Tenang, aku bakal ulas kok. Tapi di next blog yaa. Kenapa ga sekalian aja sih dibahas di sini? So, memang sengaja nih aku buat terpisah agar readers semua bisa lebih gampang dalam memahaminya. stay tune yak! Kritik dan saran welcome! Thank u for reading!
Salam hangat dari penulis,
Brisa A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar