Minggu, 25 Oktober 2020

Teori Kritis Mazhab Frankfurt



Halo readers! Akhirnya telah sampailah kepada pembahasan terakhir di blog ini. Apresiasi terbesar buat readers semua karena sudah mau menyempatkan waktunya demi membaca ulasan demi ulasan yang kutulis. Nah, di materi terakhir ini aku mau membahas mengenai Teori Kritis Mazhab Frankfurt. Apakah itu Teori Kritis Mazhab Frankfurt? Dan, apa yang menjadi fokus utama kritikan teori ini? Untuk lebih jelasnya, yuk simak penjelasan berikut ini!

Jadi, latar belakang munculnya Teori Kritis Mazhab Frankfurt dimulai dari gerakan intelektual multidisipliner baik dari ranah ideologi hingga filsafat yang memiliki kesamaan tujuan yakni untuk mengembalikan tradisi Marx yang mulai memudar, terutama dibarengi dengan kemunculan rezim komunisme soviet. Para multidisipliner ini berasal dari Institut fur Socialforschung yang dibangun oleh intelektual Universitas Frankfurt atau yang biasa disebut sebagai Cafe Marx sekaligus menjadi cikal bakal lahirnya Mazhab ini. Tokoh daripada Mazhab Frankfurt ini mencakup tokoh generasi pertama meliputi Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse, Erich Fromm, dan Walter Benjamin dan Generasi kedua meliputi Jurgen Habermas, dan Axel Honneth. Dalam mazhab ini, terdapat kajian berupa ideologi, positivisme, kehidupan masyarakat modern, dan postmodernitas. Melalui sudut pandang teori ini, penerapan Marxisme soviet dinilai melenceng dari nilai-nilai Marxisme. Ideologi Marxisme telah berubah, dan terkristalisasi menjadi ideologi yang “stuck” yakni semata-mata hanya berhubungan dengan penindasan, tidak ada lagi sisi humanis, dan tidak inkuisitif dengan maraknya kemunculan negara basis diktator proletariat. Marxisme cenderung menerapkan ideologi Marx tua yang membahas mengenai kajian positivis. Mazhab Frankfurt menolaknya, dan cenderung memihak kepada pemikiran Marx Muda yang membahas mengenai kajian kritis. Secara epistemologis, Teori Kritis Mazhab Frankfurt ini didasari oleh kritikan dari berbagai tokoh yang mencakup :

1. Kritik menurut Immanuel Kant yakni kritik mengenai pengujian keshahihan dengan menggunakan rasio. 

2. Kritik menurut G.W.F. Hegel yakni kritik mengenai dialektika, refleksi asal-usul kesadaran.

3. Kritik menurut Sigmund Freud yakni kritik mengenai teori dengan tujuan emansipatoris.

4. Kritik menurut Marx yakni kritik mengenai refleksi atas konflik psikis yang menghasilkan represi ketidakbebasan internal, yang bertujuan untuk membebaskan belenggu kekuatan asing. 

Kritik ini terbagi menjadi dua macam yakni kritik transendental yang tujuannya adalah mengetahui syarat muncul dan berkembangnya ilmu pengetahuan, dan kritik imanen yang tujuannya adalah menemukan kondisi sosiohistoris dalam konteks tertentu yang berpengaruh pada pengetahuan manusia. Perlu diketahui bahwasanya dialektika pengetahuan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan metafisik dan kondisi empirik, sehingga menimbulkan teori kritis. Kemudian, kaitannya dengan Marxisme adalah Marxisme di dalam Soviet tidak lagi berkaitan dengan dogma atau norma. Sebaliknya Marxisme dipahami sebagai alat analisis. Dalam teori Mazhab Franfurt, konflik yang dibahas bukanlah Marxisme ortodoks yang berkaitan dengan konflik antar kelas. Melainkan membahas konflik yang terjadi antara manusia dengan alam. Adapun tujuan Teori Kritis ini menurut Horkheimer dan Adorno adalah mengenai rasio-kehendak, riset-nilai, teori-praxis, dan pengetahuan-kehidupan. Sasaran dari kritik ini adalah mengenai rasionalitas masyarakat modern beserta metodologisnya. Sehingga kedua hal tersebut diharapkan menjadi sebuah bentuk dialektika terbuka baik dari segi historis, kritis terhadap diri sendiri, kecurigaan kritis terhadap aktualisasi masyarakat, dan mendorong masyarakat dalam bertransformasi. Kemudian dari segi rasionalitas diharapkan bisa menimbulkan rasionalitas instrumental, yakni raisionalitas untuk memusuhi hal-hal yang tidak bersifat empirik, yang berarti rasio hanyalah menjadi alat, sedangkan formalitas cara berpikir dan berlogika adalah menggunakan logika yang formal berdasarkan prinsip matematis. Hal ini mengacu daripada Tesis Horkheimer yang membahas mengenai IPTEK yang berkaitan dengan dominasi politik, peradaban mengubah konsep manusia mengenai alam, pengetahuan sebagai pelayan produksi kapitalis, mentalitas manusia sebagai penguasa dapat ditelusuri melalui akar teologisnya, kerja yang disongsong Marx adalah pemanfaatan alam sebagai sarana eksploitasi manusia, dan kritik atas weber yang berhubungan dengan nalar teknokratis yang keji.  Sehingga yang menjadi tema daripada Mazhab Frankfurt ini menganggap bahwasanya “Pencerahan” adalah sebuah mitos baru. Di mana akar dari pencerahan yang memandang dalam konteks religiusitas sekuler yakni bahwa manusia sebagai “subyek” memandang alam lain sebagai “obyek” yang berkedudukan lebih rendah di luar diri mereka. Sehingga timbullah sebuah paham mengenai animisme yang menspiritualkan obyek, sebaliknya industrialisme mengobyektifkan spirit.

Jadi readers, sudah dipaparkan ulasan mengenai ikhtisar Teori Kritis Mazhab Frankfurt. Ulasan ini adalah materi terakhir pembahasan sebelum  Ujian Tengah Semester, sekaligus penutup di blog ku di bagian Mata Kuliah Teori Sosiologi Kritis yaa. Terimakasih banyak bagi readers yang selalu setia membaca ulasan di blog ini. Semoga ilmu yang diberikan bisa bermanfaat. Aku juga mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat segala kesalahan penulisan di blog ini. Dan, seperti biasanya, kritik dan saran dari readers sekalian selalu terbuka lebar yaa. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan untuk membahas ulasan-ulasan terbaru dengan berbagai macam topik bahasan yang berbeda.

Thank u very much!


Salam hangat,

Penulis


2 komentar:

Penerapan dan Implikasi Teori Kritis dalam Bidang Pendidikan

Halo readers! Apa kabar? Kabar baik dong pastinya. Nah, kali ini, aku mau mengulas  mengenai penerapan dan implikasi Teori Kritis dalam bida...